Etos Kerja Berbagai Bangsa


Tahukah anda bahwa setiap bangsa di dunia ini memiliki etos kerja yang berbeda-beda? Walaupun sama-sama bangsa berkulit putih/bule ternyata bangsa amerika memiliki etos kerja yang berbeda dengan bangsa eropa. Nah sebenarnya apasih itu etos kerja, lalu bagaimana etos kerja yang diterapkan bangsa-bangsa di dunia, berikut akan penulis jabarkan. So cekidot...
  • Pengertian Etos Kerja
Etos dapat diterjemahkan menjadi beberapa pengertian antara lain starting point, to appear, disposition hingga disimpulkan sebagai character

Etos mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau komunitas tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan mereka, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip, dan standar-standar.


Etos juga dapat diartikan sebagai respon manusia terhadap kehidupan, kualitas manusia dalam bekerja, serta karakter manusia dalam melakukan pekerjaannya. 


Lalu bagaimana penerapannya ?


  • Etos kerja orang amerika



Orang Amerika memiliki etos kerja yang berbeda dengan kebanyakan orang di Indonesia. Mereka bekerja keras sungguh-sungguh dan terus-menerus. Sementara Indonesia belum terbiasa dengan cara kerja orang Amerika. Kalau diibaratkan dengan perlombaan lari, kita sebagai orang Indonesia terbiasa berlari lalu berhenti sebentar untuk menarik napas, lalu kita lihat, ‘Oh rekanku sudah di depan!’ lalu kita berlari lagi menyusul dia. Perbandingan dengan orang berlari ini terasa tepat. Seperti itulah cara mereka bekerja. Kepemimpinan Amerika terbiasa bekerja cepat untuk menyelesaikan segala sesuatunya. 

Bagai orang berlari, mereka tidak akan membiarkan diri mereka terhenti. Menoleh saja tidak karena takut didahului yang lain. Tahu-tahu negara lain sudah membuat penemuan baru dan inovasi baru. Mereka tidak akan membiarkan itu terjadi sehingga kemalasan merupakan musuh utama mereka. Seperti itulah cara mereka bekerja: berlari sekuat tenaga dan tidak pernah berhenti. Berbeda jauh dengan keadaan Indonesia. Di sini umumnya kita masih bisa berhenti sebentar untuk beristirahat sebelum berlari lagi, itupun tidak berlari sekuat tenaga sehingga etos kerja kita yang pemalas membuat Indonesia tidak pernah berkembang.


  • Etos kerja orang eropa (contohnya jerman)



Karaktristik budaya bisnis Jerman adalah bersikap monokronik terhadap penggunaan waktu, misalnya hasrat menyelesaikan serangkaian tindakan sebelum memulai tindakan lain; keyakinan yang kuat bahwa mereka adalah negosiator yang jujur dan terus terang; dan cendrung bersikap lugas dan menyampaikan ketidak stujuan secara terbuka daripada menunjukkan kesopanan atau diplomasi.

Orang Jerman sangat menghormati harta milik dan kekayaan. Bangunan yang kokoh, mobil dan pakaian yang bagus adalah penting bagi mereka dan mereka akan membuat kita terkesan dengan semua ini. Kita harus mengakui kehebatan harta milik orang Jerman dan merasa enggan untuk memamerkan kekuatan, fasilitas kita, dan lain-lain. Orang Jerman berharap percaya bahwa kita sekuat mereka


Dalam keseriusan mereka, mereka berusaha keras untuk menjadi warga yang patuh dan yang tidak membuat masalah. Di negara yang ramai ini, tekanan untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat umum memang sangat kuat. Orang Jerman tidak ingin dipandang sebagai orang yang tidak konvensional atau tidak lazim. Mereka tidak berhasrat untuk menjadi eksentrik (seperti orang-orang Inggris, Prancis atau Amerika). Orang Jerman berusaha untuk tidak membuat kesalahan dan biasanya berhasil. Jika anda membuat kesalahan, mereka akan mengatakannya kepada kita. Mereka tidak kasar-ini adalah hasrat mereka yang tidak dapat dihentikan akan keteraturan dan kesesuaian. Orang Jerman suka keadilan dan mereka sering melakukan sesuatu untuk menunjukkan betapa adilnya mereka.

  • Etos kerja orang jepang



Bangsa Jepang dikenal sebagai bangsa yang disiplin dan tingkat produktivitasnya tinggi. Berkat budaya kerjanya itu maka mereka bisa menjadi bangsa yang tingkat ekonominya sejajar dengan negara-negara maju di Eropa dan Amerika.

Orang jepang terkenal dengan etos kerjanya yang luar biasa. Etos kerja ini memiliki peranan penting atas kebangkitan ekonomi jepang, terutama setelah kekalahan Jepang diperang dunia kedua. Dulu orang Jepang bukanlah orang yang memiliki etos kerja yang tinggi. Mereka tidak disiplin dan lebih senang bersantai dan menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang.

Namun kekalahan Jepang pada perang dunia kedua mengubah keadaan yang serba santai dimasa lalu. Ekonomi Jepang kacau balau, pengangguran dimana-mana. Saat itu mereka tidak punya pilihan lain selain bekerja dengan sangat keras agar bisa survive. Kondisi yang serba tidak enak itu secara tidak langsung menempa kedisiplinan mereka dan memiliki peran yang sangat signifikan dalam pembentukan etos kerja mereka yang begitu mengagumkan. Etos kerja tersebut menular ke generasi selanjutnya dalam konsep moral yang ditanamkan dengan ketat melalui jalur pendidikan.
  • Etos kerja orang china



Bangsa China adalah bangsa yang mempunyai etos kerja tinggi dan pekerja keras. Dalam satu hari, orang China mampu bekerja selama 11 jam, padahal kita saja yang berkerja 8 jam sehari sudah merasa berat. Perhatikan orang China yang buka toko. Pada pukul 06.00 dia sudah membuka toko dan tutup menjelang Maghrib, kemudian malam harinya, dia totalan. Jadi, waktu yang tersisa itu hanya digunakan untuk tidur atau untuk keperluan yang berkaitan dengan usaha dagangnya.

Di samping sebagai pekerja keras, orang China adalah pekerja cerdas. Sekarang ini, tidak ada satu barang pun di dunia ini yang tidak ditiru oleh Negara China . Suatu saat saya pergi ke pasar malem. Di sana saya ditunjukkan jam tangan merk Rolex, mulai dari yang asli seharga 70 juta Rupiah, sampai Rolex yang seharga Rp. 70.000, dan kita sulit untuk membedakan antara yang asli dengan yang palsu. Oleh karena itu, RRC mempunyai potensi luar biasa untuk menghancurkan Barat. Apalagi produksi-produksi di sana dibuat secara besar-besaran, yaitu kalau satu orang membuat 10 baju, maka dari RRC akan mengekspor sekirat 12-13 milyar baju.
  • Etos kerja orang melayu


Orang Melayu yang mendasarkan budayanya dengan teras islam selalu memandang bahwa bekerja merupakan ibadah, kewajiban dan tanggung jawab. Bekerja sebagai ibadah merupakan hasil pemahaman orang Melayu terhadap Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad saw. Di dalam Al-Qur’an mengatakan, “apabila kamu telah selesai melaksanakan shalat, bertebaranlah kamu dimuka bumi (untuk mencari rezeki dan rahmat Allah). Pada ayat lain juga dikatakan “maka apabila telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain” (QS Alam Nasyrah :7). 

Beberapa hadits nabi yang mendukung budaya kerja Melayu diantaranya, “bekerjalah kamu untuk duniamu, seakan-akan kamu hidup untuk selama-lamanya, dan bekerjalah kamu, seakan-akan kamu mati besok pagi” (H.R. Muslim). Hadits lain juga mengatakan “sesungguhnya Allah sukakepada hamba yang bekerja dan terampil, barang siapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa dengan seorang mujahid dijalan allah azza wajalla”(H.R. Ahmad).

Orang Melayu harus mau bekerja keras karena dianggap sebagai tanggung jawab, baik bagi diri sendiri, keluarganya,  masyarakat, agama, adatistiadat serta norma-norma social yang mereka jadikan pegangan dan sandaran. Sebaliknya apabila orang itu malas, culas dan memilih-milih kerja, disebut bebal, dan tak tahu diri.

Dari sisi lain, orang Melayu memandang kerja bukan semata-mata untuk kepentingan hidup didunia, tetapi juga untuk keselamatan hidup diakhirat. Oleh karenannya, kerja haruslah mampu membawa peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan duniawi, selain itu juga dapat menjadi bekal hidup di akhirat. Untuk itu pekerjaan haruslah yang halal, dilakukan secara ikhlas

  • Etos kerja orang singapura

Etos kerja warga Singapura pun tinggi. Derap langkah mereka cepat, apalagi saat berangkat kerja. Kemudian warga Singapura terlihat sangat mendayagunakan energinya untuk bekerja. Tak jarang saya bertemu kakek/nenek berusia lanjut yang masih menjajakan tisu atau es potong. Saya merasa kasihan, bagi orang Indonesia mungkin sudah budaya untuk tidak membiarkan orang lanjut usia untuk bekerja. Namun mungkin di Singapura, orang lanjut usia masih ingin membuktikan bahwa tenaga mereka masih berguna.




  • Etos kerja orang arab


Orang arab cenderung memiliki etos kerja yang rendah, karena mereka biasanya sudah memiliki kekayaan yang berlimpah. Biasanya orang arab mensupali pekerja-pekerjanya dari negara lain, karena mereka cenderung tidak ingin bekerja. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pedagang arab merupakan salah satu pedangang yang sangat handal, hal inilah yang menjadikan bangsa arab memiliki kekayaan yang melimpah.

  • Etos kerja orang indonesia
Sedangkan di Indonesia, etos kerja dipengaruhi oleh budaya dari masing-masing individu. Namun secara keseluruhan orang indonesia dirasa mempunyai etos kerja yang rendah. Contohnya apabila kita lihat PNS di indonesia, banyak yang melakukan korupsi waktu, bekerja dengan lambat, dan kurang memperhatikan kepentingan publik.

Sekian artikel dari penulis, semoga artikel ini dapat menambah wawasan kita, serta berguna bagi kita semua

Sumber : https://judazt.wordpress.com/2010/03/05/budaya-kerja-orang-amerika/
http://www.kaskus.co.id/thread/5531f56260e24b034e8b456b/dari-majalah-internal-nu-mari-belajar-gaya-hidup-china/













3 komentar:

{ AS } at: 3 November 2018 pukul 18.56 mengatakan...

Orang arab malas malas, santai santai,tapi kaya kaya. enak banget. pingin sya seperti itu. memang dunia hanya sementara, ngapain dikejar kejar, kan jg ditinggalkan. mending ngejar akhirat yg malah datang menghampiri.

{ M. Kholil } at: 2 Februari 2020 pukul 16.57 mengatakan...

saya akui memang orang indonesia seperti itu.. baiknya kalo kita memang orang islam ya.. bisa mencontoh malaysia.. karna memang mayoritas pemeluknya adalah agama islam

{ Blog27999 } at: 4 Maret 2020 pukul 04.39 mengatakan...

As claimed by Stanford Medical, It is in fact the one and ONLY reason women in this country get to live 10 years more and weigh an average of 19 kilos less than we do.

(And actually, it has absolutely NOTHING to do with genetics or some secret exercise and absolutely EVERYTHING about "HOW" they eat.)

P.S, I said "HOW", not "what"...

CLICK on this link to see if this short questionnaire can help you discover your true weight loss potential

 

Techno Blog © 2012 Design by Game Master | Sponsored by Blog Ilmu Pengetahuan| Terima kasih sudah berkunjung.